Berfantasi dengan Ayahku

Rina
0

Aku dan Wina baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia.

“Dari siapa Yah…?” tanya Wina sambil memakai bh.
“Bunda” jawabku
“Terus Wina gimana, Yah…?” tanya Wina nampak khawatir.

Aku memberi isyarat agar dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Wina bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Wina merasa aku merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Wina, aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Wina kembali memakai seragam sekolahnya walaupun agak kusut.

“Sore Bun, nginap dimana?” tanyaku
“Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku.

Setelah berbasa-basi dengan istriku, aku memberi tau kalau aku bersama Wina. Dari dulu istriku ingin mempunyai anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Wina yang sering datang ke rumah di luar jadwal pertemuan anak asuhku membuat Wina dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Wina, kami adalah orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. Isteriku sudah sering mengusulkan agar Wina tidur di rumah saja supaya bisa mengawasiLaras sampai rencana kami mengirim Wina ke Australia untuk kuliah terlaksana.

“Oh iya, Bun. Ini ada Wina” kataku lagi sambil meraih tangan Wina.
Wina tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar.
“Wina…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Wina
“Baik Bunda…”

Lumayan lama Wina bicara dengan isteriku. Berkali-kali Wina melirik minta persetujuanku untuk menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Wina di rumah. Salah satu pesannya kepadaLaras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku.

Akhirnya isteriku memberi tahu Wina kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Wina ke Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Wina pindah ke rumah kami. Sejenak Wina bengong tak percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Wina.

“Makasih Ayah” kata Wina setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku.

“Wina tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri”

“Itu karena usaha Wina sendiri. Ayah lihat Wina nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya kuliah disini.” Jawabku.

“Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.”

Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Wina sudah dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Wina sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku suruh Wina mengambil tasnya. Setelah Winaberganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak Wina  berbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Wina bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah.

Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan.

Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Wina pasti sangat seksi memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Wina, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina juga. Aku tersenyum ketika Wina terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.

Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para pembantu dan tukang kebun sedang asyik nontonTV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku.

“Wina boleh tanya sama Ayah?” kata Wina tiba-tiba.
“Boleh. Kenapa?”
“Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Wina?”
“Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Wina dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Wina.

Ayah dan  Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Wina tinggal di sini, bukan di rumah asuh…

Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Wina menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agarLaras tinggal disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.

“Iya sih, tapi…” kata-kata Wina terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Wina melanjutkan kata-katanya.

“Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Wina sudah mengkhianati Bunda” kata Wina lagi.

Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya.

“Sudahlah Wina. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Wina tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku untuk menenangkannya. “Kalau nanti Wina tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Wina baju, sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Wina istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”

Wina menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Wina minta ijin untuk ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.

“Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Wina pasti akan menggunakan lotion vaginanya.

“Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Wina sambil melotot lucu.

Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di sofa untuk mengamati Wina melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Wina menatapku sambil tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana dalamnya. Dengan gerakan matanya, Wina minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap dipakai.

Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok pendek dan G-string. Wina memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Wina memakai make up yang tadi aku belikan. Dia hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.

Aku benar-benar terpesona setelah Wina memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini.

Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Wina mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha.

Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu memamerkan lekukan tubuh Wina dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan bahu Wina yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.

Wina mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku lenggokan tubuh Wina makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Wina meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Wina. kemudian tangannya memegang payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.

“Ayah… Wina cantik kan…?” tanya Wina sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Wina berpakaian seperti ini…? Ayah juga suka Wina memakai make up…?”

“Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerieini, keindahan tubuh Wina benar-benar tampak”

“Ah, Ayah bisa aja…” jawab Wina sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Wina jadi malu nih…” kedua tangannya memeluk leherku

“Lho, kenapa…?”

“Masa Wina dibilang seksi…” kata Wina sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.

Aku segera menggigit puting Wina dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya “Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Wina di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas sambil diciumi.

“Tapi Wina suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda.

“Suka banget…”

Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Wina. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Wina melingkar di leherku, bergayut manja. Aku berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Wina seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. 

Nampaknya dia menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.

“Aahh…” Wina mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya. Kami berciuman sambil menggendong tubuh Wina. Desahan dan erangan Wina bersaing dengan suara kecupan bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Wina ke tempat tidurku dan aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana baru dalam persetubuhanku dengan Wina.

Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Wina yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi lingerie itu masih melekat pada tubuh Wina. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Wina yang sudah bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil. Nafsuku sudah mendekati puncak. 

Aku ingin menikmati Wina dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Wina merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Wina. Melihat kekasaranku, Wina agak terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Wina ikut terbawa suasana. Nafasnya terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.

“Sshh… Ayah… aahh… sshh”

Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Wina dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat badanku pada tubuh Wina, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir Wina, lalu aku susuri leher Wina, kemudian berpindah ke payudaranya kembali.

Dengan kasar aku cium dan aku hisap payudara dan putingnya. Wina menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari pelukanku. Aku tahu Wina tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Wina menginginkan dia yang mengendalikan permainan seperti tadi siang. Wina ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu melihat aku telanjang dada tadi siang.

Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Wina. Mulutku menyusuri perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil menghisapnya. 

Wina melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Wina mengerang ketika aku menghisap dan menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Wina. Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku, tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya.

Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Wina saat melepas lingeri juga dirasakan Wina. Berkali-kali suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di Cerita Sex Tusukan Penis selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Wina. Kami kembali merintih, mengerang dan mendesah. Setelah seluruh tubuh Wina terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Wina yang sudah basah berlendir. Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Wina aku hisap dan aku kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu karena Wina memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya. 

“Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Wina, tak ada yang lain. Wina benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Wina bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. 

Sambil aku tekan, hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Wina. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. “Auw…sshh… Ayaahh…” Wina menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia bergetar, lalu Wina mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang. “Ssshh… Wina diapain Yah… ?” tanya Wina di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…” katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab. Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Wina. 

Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya. Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Wina menikmati setiap rangsangan yang aku berikan. Kedua kaki Wina aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena terkena lelehan cairan vaginanya. Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Wina lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. 

Mungkin bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasitersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Wina.Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Wina dengan cepatmencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengankuat, mulutnya mendesis-desis.“Aahh… Ayah… Wina dapet lagi… aahh…” Wina berteriak kencang.Tangan Wina mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Wina. 

MataWina terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika akususupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dansekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, laluaku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Wina dapat menikmati orgasmenya sepanjangmungkin. Aku merangkak menindih Wina. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Wina memelukulalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku, lalu tersenyum sambil memejamkan mata.

“Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Wina?”

“Enggak tuh…” jawabku. Wina menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas.

“Kalau gitu Wina juga enggak jijik.”
“Enggak jijik apa?”
“Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?”
“Nakal gimana Sayang?”
“Wina inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Wina yang orgasme duluan”

“Ya sudah… sekarang terserah Wina.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya. Perlahan Wina bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku. Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. 

Mau tak mau aku membadingkan dengan isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Wina benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Wina tetap saja masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan dihisap bergantian kiri dan kanan. Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Wina berganti pakaian dengan lingerie, dimasukkan kedalam vaginanya. 

Wina memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku serasa dipilin dan dipijat vagina Wina. Ingin aku mengimbangi gerakan Wina, tapi setiap aku merespon, Wina melarangku. “Ayah diam dulu ya… biar Wina yang muasin Ayah…” Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan mendesis nikmat. Wina memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. 

Bibir dan lidah Wina diseret dan bergeser di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali- kali. Perpindahan lidah dan bibir Wina makin ke bawah ke aras penisku. Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian lidah Wina mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat, mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Wina menjadi liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya. “Ssshh… Wina… sshh…” aku mendesis dan mengerang. 

“Nikmat kan Yah…?” kata Wina ketika berhenti menghisap penisku. “Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Wina untuk meneruskkan aksinya. Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Wina pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Wina dengan sigap langsung mengulum penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi. Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Wina mempercepat kocokannya dan memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal Cerita Sex Tusukan Penis pahaku, 

lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku membentuk sudut sembilan puluh derajat. Kemudian Wina meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan jilatan lidahnya. Wina tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Wina, sementara tangannya terus mengosok penisku. 

“Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Wina di anusku. Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda yang cantik seperti Wina. Aku benar-benar puas atas permainan Wina. lama sekali dia menjilat anusku sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Wina terasa berkedut hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku. “Wina… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti. Aku berharap agar Wina segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Wina membuat aku semakin penasaran. Wina malah menjilat betisku.

“Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Wina sambil tersenyum mengejek. Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Wina dan aku sodorkan ke penisku, namun Wina mengelak dengan gesit.

“Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Wina menikmati permainan Ayah… hihihi…” kata Wina sambil tertawa.

Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali. Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku. Jilatan Wina terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja lebih nikmat jika Wina mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras untuk masuk ke vagina Wina. 

Rupanya Wina tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur. Wina berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Wina. aku angkat pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Wina benar-benar sempit, sehingga aku kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.

“Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Wina sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku.

“dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi

“Wina… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh Wina.

Wina menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Wina menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Wina yang basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Wina seperti ini.

“Uh… ssshh…” Wina mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat.

Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Wina terangsang hebat dan tak mampu membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Wina sudah tak teratur. Akhirnya Wina mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Wina. Wina berusaha memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan menekannya ke bawah.

“Ayaahh… ssshh… aahh” Wina mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam vaginanya.

Dengan pelan dan lembut Wina bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan Wina membuat penisku terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan

Wina atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Wina yang terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina

Wina membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Wina saat ini belum meunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Wina mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya meremas dan mengocok penisku.

“Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Wina…”
“Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Wina.
“Masa lupa Yah…”jawab Wina tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Wina mengulurkan kedua tangannya menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Wina membelakangi aku dan nungging.

“Dari belakang Yah… Wina ingin disetubuhi dari belakang”
“Oh… Wina… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.

Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Wina dan memegang pantatnya. Dengan pelan aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Wina menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Wina yang sudah sangat basah dan agak melebar karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya.  setelah masuk semuanya Wina memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.

“Ahh… Ayaahh….” Wina menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”

Aku raih payudara Wina yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Wina. Dengan posisi doggy ini membuat tulang vagina Wina yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah.

Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Wina yang bergerak dan berputar.

Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Wina, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi aku melihat Wina menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.

Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Wina. tubuh Wina tergundang-guncang maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Wina. empat jari tangan kanan dan kiri meremas pantat Wina, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus anusnya.

“Ayah… nikmat sekali…” kata Wina sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan terhadap anusnya.

“Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”

“Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Wina mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah- engah.

“Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”

“Iya… aahh… ssshh…” Wina makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di anus Wina… Cepat Ayaahh…” Wina berteriak kesetanan.

Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Wina benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta.

Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah  kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi Wina kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Wina.

“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Wina “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Wina…” kata

Wina sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.

Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk  bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi.

Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.

Kuminta Wina untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Wina sambil sedikit-demi sedikit aku masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Wina akan kesakitan karena anusnya dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Wina dengan lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Wina akan merasa nikmat sehingga pada saat aku lakukan penetrasi, Wina tidak akan begitu kesakitan.

“Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Wina merintih dan merengek agar aku cepat-cepat memasukkan penisku.

Rupanya Wina benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.

“Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Wina dengan lidahku. “Sabar sebentar… tunggu sampai anus Wina bener-bener siap menerima penis Ayah.”

“Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”

Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Wina. aku tidak ingin dia terlali kesakitan karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung  aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Wina sambil menekan botol itu.

“Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”

Wina tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah cukup gel yang masuk ke dalam anus Wina, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku.

Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Wina, aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.

“Ahh… terusin Yah…”

Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Wina, sementara tanganku yang lain meremas vagina Wina.

Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual

Wina aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Wina terus merintih dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Wina sudah siap sekarang, karena jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.

“Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Wina setelah tahu penisku belum menyentyh anusnya

Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Wina. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku, walaupun lubrikan gel cukup membantu. Wina mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.

“Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Wina lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar.

“Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya”
“Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Wina sambil tersenyum.

Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Wina dengan mendorongnya kuat-kuat.

“Auw…” Wina menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya.

“Sakit sekali Yah…”

Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan bagi Wina.

“Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Wina sambil menggoyangkan pantatnya.
“Supaya Wina tidak kesakitan…” jawabku.
“Terusin dong yah…” kata Wina lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.

Pantat Wina yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!

“Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan.
“Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Wina merintih
“Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Wina. Kemudian Wina dengan semangat menggoyangkan pantatnya.

Mendengar desahan dan erangan Wina yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak sepenuhnya ke dalam anus Wina.

“Auw…” Wina kembali menjerit
“Sakit Sayang…?”
“Enggak…” kata Wina sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”

Aku membungkuk untuk meraih klitoris Wina lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Wina mengejang sambil mengerang keras.

“Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Wina mengagetkan aku. Wina meliukkan badannya, pantatnya disodok- sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.

“Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.
“Wina…aahh…ssshh… Wina orgasme lagi….”

Aku tak menduga Wina sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot. Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Wina. Hari pertama melakukan persetubuhan disertai dengan anal sex.

Hal ini rupanya yang menyebabkan Wina dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Wina ambruk tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir ejakulasi, kalau saja Wina dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Wina membalik tubuhnya hingga terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.

“Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat.

“Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.


Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top