Desahan Seorang Guru

Rina
0


Disekolahku ada wanita yang cantik dengan tubuh indahnya dia berprofesi sebagai guru sejarah di SMA namanya Ibu Sinta umurnya mash muda 28 tahun dan dia bercerai dengan suaminya kalau di diskripsikan wajahnya seperti Yeyen Presenter Bola, dengan tinggi 170 cm buah dada kiranya berukuran 36 B, semua murid bahkan guru laki pun jika melihat dia berjalan rasanya ingin menggodanya.

Suatu hari Sinta terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Adi harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Adi juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.

Bagi Sinta, kedatangan Adi ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.

“Sudah selesai Adi?”,

Sinta masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Adi selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.

“Hampir bu”
“Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”
“Iya..”
“Bu Sinta, Saya sudah selesai”, Adi masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.
“Ibu dimana?”
“Ada di kamar.., Adi sebentar ya”, Sinta berusaha membetulkan t-shirtnya.

Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Adi nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Sinta membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.

“Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”

Muka Adi merah karena malu, karena Sinta tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.

“Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
“Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
“oo…, begitu to?”
“Adi kamu mau menolong saya?”, Sinta merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
“Apa Ibu?”, tubuh Adi bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Sinta yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.

“Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
“Tapi tapi…, Saya”.
“Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Adi langsung saja merah mendengar perkataan Sinta
“Iya”
“Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.

Sinta kemudian duduk di pangkuan Adi. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Sinta yang agresif karena haus akan kehangatan dan Adi yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya.

Ia bisa merasakan puting susu Sinta yang mengeras. Lidah Sinta menjelajahi mulut Adi, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.

Setelah puas, Sinta kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.

“Lepaskan pakaiannmu Adi”, Sinta berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.

“Ahh cepat Adi”, Sinta mendesah tidak sabar.

Adi kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.

“Adi…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,

Dengan gemetar Adi meletakkan tangannya di dada Sinta yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Sinta yang montok itu.

“Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Adi melakukan apa yang gurunya katakan.

“Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.

Sinta tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,

“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

Tubuh Sinta menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.

“Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”,

Tangan Sinta mendekap erat kepala Adi ke payudaranya.

Adi semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Adi makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.

“mm…, nakal kamu”, Sinta tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
“Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Adi menurut saja.

Duduk diantara kaki Sinta yang membuka lebar. Sinta kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.

“Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Adi memasuki vaginanya.
“Hangat Bu..
“Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”
“Iya..”
“Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”

Pelan-pelan jari Adi mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.

“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”,

Sinta mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Adi.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Adi tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.

“Oohh…, Adio…, mm”,

tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Adi semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi.
Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.

“Ooaahh…, Anntoo”,

Tangan Sinta mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.

“Hmm…, kamu lihai Adi…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Adi menurut saja.

Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.

“Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Sinta segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sinta. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Adi merintih keenakan.

“Ahh…, enakk…,enakk”,

Adi tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Sinta. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Sinta.

“oohh Ibu…, Ibbuu”

Muncratlah cairan mani Adi di dalam mulut Sinta, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.

“Hmm…, manis rasanya Adi”, Sinta masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.

“Sebentar ya aku mau minum dulu”.

Ketika Sinta sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.

“Adi…, biar Ibu minum dulu”.
“Tidak…, nikmati saja ini”,

Adi yang masih tegang berat mendorong Sinta ke kulkas.Gelas yang dipegang Sinta jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Sinta kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.

“Ibu…, sekarang!”
“Ahhkk”, Sinta berteriak,

Saat Adi menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.

“Adi..o…, enakk…, ohh…, ohh”.

Tubuh Sinta bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Adi satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.

“Ibu menikmati ini khan”, bisik Adi di telinganya
“Ahh…, hh”, Sinta hanya merintih setiap merasakan sodokan keras dari belakang.

“Jawab…, Ibu”, dengan keras Adi mengulangi sodokannya.

“Ahh…,iyaa”
“Adi…, Adi jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Sinta telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.

“Uuhgghh”,  penis Adi yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Sinta.

“Ahh”.

Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Adi, Sinta masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Sinta adalah jika Adi kemudian membocorkan hal ini ke teman- temannya.

Ketika Sinta berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Adi, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.

“Bu Sinta salam dari Adi”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.
“Terima kasih, boleh saya masuk”,

Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.

“Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Adi.”

Langkah Sinta terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.

“Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.

“Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Adi”, Reza tersenyum penuh kemenangan.

“Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Sinta.
“Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.

Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Sinta langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.

Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu

depan diketuk oleh seseorang. Sinta segera menuju pintu itu, ia mengira Adi yang datang. Ternyata ketika dibuka

“Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Sinta agak jengkel dengan muridnya ini.
“Boleh saya masuk?”
“Tidak!”.
“Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”
.”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
“Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV.
“Pantas aja Adi senang di sini”.

“Apa hubunganmu dengan Adi?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Sinta bertanya.
“Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.
“Jadi artinya”, Kali ini Sinta benar-benar kehabisan akal.

Tidak tahu harus berbuat apa.

“Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Adi, mau?”,

Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Sinta.Sinta masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

Sinta masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.

“Bagaimana Bu, lebih besar dari Adi khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Adi, dengan satu gerakan meraih kepala Sinta dan memasukkan penisnya ke mulut Sinta.

“Mmpfpphh”.
“Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”

Rupanya nafsu menguasai diri Sinta, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.

“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Sinta, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Sinta merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut.

Rupanya Reza sudah hendak keluar.

“oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Reza muncrat di mulut Sinta, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.

“Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Sinta tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.

“Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
“Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau.

Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

Setelah ia di dalam, Sinta tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.

“Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya.

Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Sinta juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.

“Gilaa…, besar amat”, pikirnya.

Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Sinta, erangan kenikmatan pun keluar.

“mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Sinta.

“Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Sinta menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.

“Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Sinta hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Sinta agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.

“Kata Adi ini posisi yang disukai Ibu”

“Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Sinta menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.

“Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Sinta.

Sintapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.

“Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Sinta, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.

“Oohh Sinta…, Rinnaa”.

Sinta segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

Sinta masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri.

Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Sinta, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.

“mm capek…, mm”, bibir Sinta mendesah saat pentilnya dipermainkan.

Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.

Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.

“Rezz aahh”, Tubuh Sinta bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.

“Bu…, balik…, Reza pengin nih”

“Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Sinta bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan  tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza.

Reza meraih payudara Sinta dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang

“Adduuhh…, owwmm”, Sinta mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza.

“Bu Sinta nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

“mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Sinta tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih   seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh   juga dari remasan muridnya itu.

“Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”.

Gerakan Sinta makin cepat menerima sodokan Reza.

Tangan Reza beralih memegangi tubuh Sinta, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Sinta menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.

“Ooww..”, Teriakan Sinta terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluru   tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Sinta yang makin becek.

“Ayoo…, makin dalam dalamm”.
“Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.
“Mau kelluuaarr”

Sinta sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Sinta kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. ceritasexdewasa.org Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.

“Bu Sinta…, sungguh luar biasa, Coba kalau Adi ada disini sekarang”.
“mm memangnya kamu mau apa”, Sinta kemudian merebahkan dirinya di samping Reza.
Tangannya mengusap-usap puting Reza.

“Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”

Sinta tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Sinta harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil.

Karenanya ia memanggil Adi untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Adi muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.

“Bu, Adi kangen lho”.
“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya.

Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Sinta berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.

“…………..”, Adi tidak bisa menjawab.

Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Sinta merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.

“Tapi Adi masih boleh berkirim surat kan?”.Sinta bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,

“Iya…, boleh…, boleh”

“Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Sinta mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.

Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

Diluar Adi meminum es teh yang disediakan Sinta dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Adi menyusul Sinta ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat  gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat.

Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu

Nto..”, Sinta menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

Ketika Adi sedang mencopot celananya Sinta sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Adi juga tengkurap di samping Sinta.

“Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

“Belum tuh…”, Mata Adi tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.

“mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.
“Thanx..”, Adi kemudian mengecup pipi gurunya.

Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Sinta kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Adi.

Adi kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Sinta dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Adi kemudian menciumi tengkuk Sinta, dijilatinya rambut-rambut  halus yang tumbuh lebat.

“aahh…”

Setelah puas, Adi kemudian memberi isyarat pada Sinta agar duduk di pangkuannya.

“Bu, biar Adi yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Adi di telinga Sinta.

Sinta yang telah duduk di pangkuan Adi pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

“Akhh…”, Sinta memejamkan matanya.
“Adi…, jilatin vagina ibu…”

Adi kemudian merebahkan Sinta, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Adi kian   bernafsu.

“oohh…, teruss…, teruuss…”, Sinta bergetar merasakan kenikmatan itu.

Tangannya membimbing tangan Adi dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.

“Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Adi menjilati pentil clitoris Sinta, dengan penuh semangat.

“Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..”
“Adi…, massuukk”.

Kaki Sinta kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Sinta yang becek.

“mm…”, Sinta menggigit bibirnya.

Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.

“Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Adi sambil meringis memaju mundurkan penisnya.

Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Sinta mempermainkan puting Adi. Dengan gemas dicubitnya hingga Adi berteriak.

“Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Adi makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.

“aa…”.

Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Sinta terkejut, tapi tidak bagi Adi. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.

“mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Sinta yang hendak berdiri ditahan oleh Adi, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Sinta.

“Nikmati saja…” Reza kemudian mengangkangi Sinta, penisnya berada tepat di mukanya.

“Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Adi menghentakkan gerakannya. Saat Sinta berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.

“Ahh…, nikmat..”, Sinta merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Adi dengan puas menggarap vaginanya.

“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Sinta, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.

Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Adi keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala

Sinta.Setelah Adi mengeluarkan penisnya dari vagina Sinta,

“Berdiri menghadap tembok Bu!” Sinta masih kelelahan.

Ia telah orgasme pula saat Adi keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Adi menetes ke lantai.

“mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa.

Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Sinta. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Sinta.

“Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.

Adi dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Sinta saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.

Saat Sinta merintih-rintih menikmati permainan mereka, Adi merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.

“ooww…”, Tubuh Sinta yang disangga Reza menegang, kemudian lemas.

Adi menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati  mereka dan menyusup diantara Sinta dan tembok. Dipindahkannya tangan Sinta ke pundaknya, dan penisnya  menggantikan posisi milik Reza.

“Adi…”, Lagi-lagi Sinta mendesah saat penis Adi masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.

“Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….”
“aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Sinta berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya.

penis Adi amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Sinta. Saat itu pula ia merasakan penis  yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.


Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top