Sahabat Suamiku Selingkuhan Idamanku

Rina
0


Saat itu Yuni yang sedang meletakkan bayinya di atas ranjang, karena wajah lelahnya dia rebahan di atas sofa ruang tamu suaminya Yuni yang bernama Dhika berbicara katanya nanti ada temanku yang mau datang kesini dan rencanya dia mau menginap. Jadi pekerjaan Yuni selain menjaga bayi dia harus mempersiapkan kamar untuk sahabat suaminya bernama Rio.

Rio adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Yuni sudah cukup mengenal Rio, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya.

Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Dhika waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Yuni akhirnya menikah dengan Dhika dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.

Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya.

Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami.

Tapi di sisi lain Yuni tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Rio hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan. 

Yuni seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda.

Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.

Ah… seandainya saja dia mengaenal Rio jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!

Yuni pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya.

Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya.



Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.

Dia terdiam beberapa waktu. Dhika pulang 2 jam lagi, dan Rio juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya.

Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.

Yuni menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka.

Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.

Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Rio sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Yuni tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Dhika saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.

“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah.

Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Rio, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.

“Mafkan aku Yuni,” kata Rio, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya.

Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.

“Nggak apa-apa,” jawab Yuni dari ruang keluarga,

“Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya.

“Aku sangat malu.” katanya kemudian.

“Ah, kita semua pernah melakukannya, Yuni!” jawab Rio. 

Dia berdiri tepat di samping Yuni, seperti ingin agar Yuni dapat melihat seberapa A?a,?EskerasnyaA?a,?a”? dia.

Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!

“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Rio.

Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Rio menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.

“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Yuni menatapnya penuh dengan tanda tanya.

“Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Yuni semakin basah.

Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini A?a,?EstertarikA?a,?a”? akan perkataannya tersebut dan Rio memutuskan untuk lebih menekannya lagi.

“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan A?a,?EswajarA?a,?a”?, belum ada batas yang dilanggar.

Saat Rio melihat A?a,?EsnodaA?a,?a”? basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Yuni yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Rio memutuskan akan melanggar batas tersebut.

Yuni hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Yuni tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini.

Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah. Rio mengeluarkan penis kedua dalam hidup Yuni yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu.

Nafas Yuni tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata ada perbedaannya, itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.

“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Yuni mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Rio sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Rio mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.

“Sentuhlah!”

Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Yuni pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan.

Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Rio melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Yuni pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.

Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Yuni tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Rio bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Yuni.

Rio menyentuh tubuh Yuni, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Yuni membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Rio bergerak semakin dalam ke celah paha Yuni.

Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Rio mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Yuni menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.

Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Yuni dan mendorongnya semakin mendekat. Yuni tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Rio, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya.

Lidahnya terjulur keluar dan Yuni kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.

Sekarang giliran Rio, tangannya bergerak melucuti pakaian Yuni. Yuni yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Rio. Diciumnya kepala penis Rio, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).

Tangan Rio menyelinap dalam celana dalam Yuni, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Yuni melenguh pelan saat tangan Rio menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya.

Rio mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Yuni, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.

Rio menjalankan jarinya pada kelentit Yuni, menggoda tombol kecilnya, mulut Yuni tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Rio. Dorongan gairah yang hebat membuat Yuni semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Rio. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Rio pada kelentit sensitifnya.

Jari Rio mengeksplorasi lubang hangatnya Yuni, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Rio. Yuni tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya.

Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja.

Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Rio sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Yuni menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.

Yuni menelan seluruh batang penis Rio, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Rio, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.

Rio mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Yuni yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Yuni dan dengan cepat Yuni mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.

Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Rio menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Yuni menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Rio menelanjangi tubuh bawahnya. Rio sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Yuni.

Dia menyentuh vagina Yuni dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.

Yuni mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Rio mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Yuni. Saat sampai di mulutnya, Yuni membuka mulutnya segera dan Rio langsung mendorong penisnya masuk.

Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Yuni membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya.

Rio semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Yuni, membuat Yuni memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Yuni.

Kini, celana jeans dan celana dalam Rio sudah jatuh merosot di atas lantai, Rio menarik penisnya keluar dari mulut Yuni dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh.

Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Yuni, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Yuni meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Rio mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Yuni.

Masih tetap menahan pantat Yuni ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Yuni, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Yuni langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Rio sebelum kembali meneruskan A?a,?EspekerjaanA?a,?a”? mulutnya. Lidah Rio melata pada dinding bagian dalam dari vagina Yuni, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.

Yuni merasa bibir Rio menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Rio kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Yuni. Rio semakin menaikkan pantat Yuni, menekan vagina Yuni pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.

Jantung Yuni serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…

Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Rio dengan liar. Yuni merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!

Akhirnya, Yuni kembali ke bumi. Rio melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Yuni. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan.

Yuni pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Rio naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Yuni, yang tetap Yuni biarkan terbentang lebar hanya untuknya.

Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Rio adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya.

Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Rio menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.

Dengan perlahan Rio memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Yuni. Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Yuni pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan.

Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Yuni dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.

Rio mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Yuni.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Rio menahan penisnya sejenak di dalam vagina Yuni, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Yuni dengan gerakan lambat.

Yuni pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Rio keluar masuk dalam tubuhnya. Rio melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Yuni lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat.

Nafas keduanya semakin berat, Rio bergerak semakin cepat, Yuni menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.

Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Rio yang mengayun keluar masuk. Tubuh Rio menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Yuni, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.

Lengan Yuni melingkari tubuh Rio, kukunya tertancap pada punggung Rio saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Rio. Mulut Yuni menyusuri leher Rio, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya.

Lidah Yuni merangsak masuk ke dalam mulut Rio mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Rio yang bertambah liar.

Yuni dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Rio semakin melebarkan vaginanya dan Rio memasukinya bertambah dalam.

Seorang pria baru! Yuni tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Dhika sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Yuni mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya.

Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Yuni menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Rio di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Rio tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.

Rio memandangi Yuni saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.

Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Yuni mereda, orgasme Rio datang.

Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Yuni. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Yuni seakan tanpa jeda.

Yuni menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Rio. Rio tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Yuni di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.

Tangan Yuni membelai punggung Rio saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas.

Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Yuni dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Rio mulai mengecil dalam vagina Yuni. Tangan dan paha Yuni mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.

Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Rio mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Yuni.

Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Yuni terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Rio tak tahu harus berkata apa.

Dhika pulang 30 menit kemudian A?a,?aEs dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Yuni tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Rio sepanjang waktu itu.

Dhika dan Rio kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Yuni. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Yuni. Para pria sedang bermain catur. Yuni menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka.

Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Rio kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.

Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Rio malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Rio, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!

Rio tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Dhika pergi ke kamar mandi, Rio beringsut mendekati Yuni.

“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.

“Ya.” Yuni tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Rio terbakar.

“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya sudak mengeras sekarang. Yuni terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.

Rio memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Yuni semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya.

Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Yuni tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.

Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Rio segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Dhika masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.

Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Dhika lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Rio.

Begitu Dhika menghilang dari pandangan keduanya, Rio langsung bangkit dari kursinya. Mata Yuni berbinar terfokus pada tonjolan di celana Rio saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.

Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Rio mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Yuni. Rio berdiri dei depan Yuni, dan Yuni langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.

Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Rio merasa bibir lembut Yuni menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.

Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Yuni, dan Rio melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya.

Tangannya membelai rambut panjang Yuni dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Yuni.

Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.

Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Rio mengeluarkan penisnya dari mulut Yuni dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Dhika duduk dan memberi Yuni ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.

Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Bayi mereka menangis di lantai atas, Dhika berinisiatif untuk pergi melihatnya. Yuni lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.

Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Dhika yang menaiki tangga, dan Yuni langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi keA?a,?a”?hausannyaA?a,?a”? akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Rio, dan Rio segera membukanya untuknya…

Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Yuni meraih ke dalam celana dalam Rio dan mengeluarkan penis kerasnya.

Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Rio hingga ke ujung.

Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Rio mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Dhika tidak turun ke bawah.

Rio menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Yuni terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Rio sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.

Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Yuni, batang penisnya keluar dari mulutnya. Rio berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Yuni berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama.

Rio menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Rio memutar tubuh Yuni membelakanginya. Yuni merasakan tangan Rio berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.

“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata A?a,?EsyaA?a,?a”?. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih.

Rio merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Yuni terpampang bebas di hadapannya. Rio masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!

Nafas keduanya memburu, dan Yuni sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Rio jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya.

Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Yuni. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.

Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Yuni sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Rio. Saat bibir vagina Yuni sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Rio tahu jalan masuknya sudah tepat.

Dia mendorong ke depan. Yuni menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.

Yuni mendesah, merasa Rio memasukinya. Rio mencengkeram pantat Yuni dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya.

Rio mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Rio berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.

Tiba-tiba Rio mendengar gerakan dari lantai atas. Yuni tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Rio mengeluarkan penisnya dari vagina Yuni. Sebenarnya Yuni ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Dhika datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.

Rio dan Yuni menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Rio segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah.

Tapi bagi Yuni, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Rio, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Dhika tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Yuni memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.

Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.

Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Rio, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Rio sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Yuni berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.

Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Rio, Rio tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Yuni mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Rio yang masih lemas. Dengan memandangnya Yuni merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Rio tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.

Yuni duduk di samping Rio, dengan perlahan membuka kaki Rio ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Rio yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Rio. Rio setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Yuni, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi A?a,?aEs istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!

Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Yuni saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Yuni. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Yuni basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.

Rio dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Yuni saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Yuni yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Yuni sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.

Yuni tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Rio dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu.

Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya.

Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.

Diarahkannya batang penis Rio ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Rio, memposisikan vaginanya di atasnya. Rio dapat merasakan bibir vagina Yuni yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Yuni mulai menurunkan pinggulnya.

Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Rio menyelinap masuk. Yuni mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Yuni semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Rio akhirnya tenggelam ke dalamnya.

Erangan Yuni semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Rio benar-benar membukanya lebar! Yuni semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Rio, berusaha menahan Rio di dalam tubuhnya.

Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Yuni menerobos masuk ke dalam mulut Rio, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Rio agar berada di dalam vaginanya.

Rio membalas lilitan lidah Yuni, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Yuni, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Yuni. Tangannya mengangkat pantat Yuni ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya  Yuni tetap tak membiarkan batang penis Rio teangkat terlalu jauh dari vaginanya!

Tak menghiraukan keberadaan Dhika yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Rio naik ke punggung Yuni, menarik kaos yang dipakai Yuni bersamanya.

Ciuman mereka merenggang, Yuni mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Rio melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Rio melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Rio masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Rio, menggodanya.

Rio mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Yuni saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Yuni menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi.

Pada waktu yang bersamaan Rio mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Yuni yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.

Yuni memandang Rio yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Rio dengan lembut. Yuni merasa penis Rio bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Rio yang mulai bertambah cepat.

Rio melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Yuni dan rebah kembali ke atas kasur. Yuni mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Rio nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi.

Tangan Rio kembali pada pantat Yuni, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Yuni.

Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Rio menggerakkan tubuh Yuni naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Yuni semakin berat, Penis Rio menyentak dalam tubuhnya berulang kali.

Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Yuni mempercepat kocokannya pada penis Rio, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Yuni tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap.

Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.

Melihat pemandangan itu gairah Rio semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Yuni untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Yuni dan Yuni membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.

Rio memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Yuni. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Yuni mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya.

Rio menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya. Rio memberinya satu dorngan yang kuat. Yuni memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Rio mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Yuni telah sangat membakar gairahnya. Rio mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Yuni terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.

Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Rio. Yuni menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.

Rio mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Yuni sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.

Rio mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Yuni, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.

Yuni menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Rio, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.

Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Rio, menetes ke atas rambut kemaluan Yuni yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Yuni tersenyum puas.

“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Rio mencium dengan lembut bibir Yuni yang tersenyum.

Yuni memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.

Rio bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.

Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.

Dia berharap yang sedang mandi adalah Dhika dan Yuni ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata.

Yuni masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Rio.

Yuni terkejut saat tangan Rio melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Yuni sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Dhika lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Rio dengan menggebu saat tangan Rio menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.

Yuni melenguh di dalam mulut Rio yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Rio, tangan Yuni melingkari leher Rio.

Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Rio mendorong tubuh Yuni merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Yuni di balik kaosnya. Dan Yuni sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Rio yang menekan perutnya.

Ciuman Yuni turun ke leher Rio, lidahnya melata menuju putting Rio. Yuni membiarkan Rio mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Rio menyingkap kaosnya hingga dadanya. Yuni mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.

Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Rio berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.

Perlahan diciumnya vagina Yuni yang masih tertutupi kain itu, Yuni mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Yuni merasa gembira saat Dhika berada lama di dalam kamar mandi!

Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Rio hanya menatapnya saat tangan Yuni menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.

Yuni menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Rio menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.

Lidah Rio mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Yuni sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Yuni.

Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Yuni semakin basah.

Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Rio. Rio melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.

Yuni menaruh kakinya pada bahu Rio, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Rio menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.

Yuni memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Rio bergerak berulang-ulang pada kelentit Yuni yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Yuni sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Yuni dengan cepat.

“Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Rio bergerak tanpa ampun, pinggul Yuni terangkat karenanya. Yuni menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.

Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Rio. Yuni mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.

Rio berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Yuni memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Rio. Sebelah tangan Yuni masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Rio. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Rio maju mendekat.

Dengan cepat Yuni menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.

Rio melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Yuni.

Rio mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Yuni segera terdengar saat dia mersa terisi. Rio terus mendorong, vagina Yuni terus menghisapnya sampai akhirnya, Rio berada di dalamya dalam satu dorongan saja.

Yuni sangat panas dan mencengkeramnya, dan Rio membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Yuni masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Rio mendekat padanya.

Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Rio menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Yuni mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Yuni terjuntai terayun dibelakang tubuh Rio dalam tiap hentakan.

Dhika yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.

Sementara itu Yuni, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.

Rio mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Rio heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.

Jika Dhika masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Rio. Celana jeans Rio merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Yuni yang terbuka lebar. Dhika mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.

Rio terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.

Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Yuni.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.

Bibir Rio mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Rio yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Rio mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Yuni. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali.

Yuni membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Rio yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.

Dhika turun tak lama berselang, siap untuk sarapan.


Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top